Monday, September 13, 2010

MISTIK DAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA




MISTIK DAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA

“Mempelajari ajaran Sunan Kalijaga sama dengan menggali khazanah lama yang berharga.Banyak kearifan tersimpan di dalam ajaran tersebut. Asal saja kita tidak mudah membidaahkan, maka kita akan menemukan mutiara-mutiara spiritual di dalamnya.”

Kata-kata Sunan, “ Obat , bagaimanapun baiknya adalah racun. Kerana itu, orang yang minum obat lebih dari takarannya akan mati. Ya, kerana obat itu racun! Memang dalam takaran yang tepat , dosis yang kecil , obat akan membunuh penyakit yang di tuju. Coba perhatikan sifat racun.Pembunuh! Dalam takaran yang kecil penyakitlah yang terbunuh. Tapi jika melebihi takarannya manusianya yang terbunuh.”

DOA SUNAN

SUNAN KALIJAGA menyusun beberapa doa dalam bahasa Jawa. Doa-doa yang di susunnya itu berupa kidung atau mantra. Di antara doa-doa dari Sunan, yang amat terkenal adalah kidung “Rumeksa ing Wengi” (perlindungan di malam hari) . Kidung ini juga dikenal sebagai “Mantra Wedha”. Sebagai doa penyembuhan. Kidung ini disebut mantra , kerana jika kidung ini di ucapkan dengan keyakinan yang tinggi akan menghasilkan kekuatan ghaib. Berguna untuk perlindungan dan penyembuhan.

Nabi Muhammad banyak mengajar-kan doa dan mantra. Semua buku”doa dan zikir” pasti memuat mantra. Dari bangun tidur, ke bilik air, berpakaian, makan, keluar rumah, bermusafir, bekerja hingga kembali pulang dan tidur.Terus menerus diiringi doa. Ada sebuah hadis yang berasal darri Abu Hurairah dan diriwayatkan oleh Ibnu majah. Pada waktu itu , Abu Hurairah bertiduran kerana merasakan sakit perutnya. Lalu, Nabi meminta Abu Hurairah untuk bangkit dan berdoa: “Bangkit dan berdoalah kerana sesungguhnya dalam doa terkandung kekuatan untuk penyembuhan.”

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam berdoa, yaitu keyakinan dan bahasa doa itu sendiri. Yang baik, tentu sahaja yang disertai keyakinan yang tinggi dalam berdoa, dan mengerti mana doa yang diucapkannya. Bahasa Sunan kalijaga itu Jawa maka disusunlah doa mantra berbahasa Jawa. Bagi ulama-ulama dan pahlawan silam yang berguru dengan Sunan pastinya mengubah doa tersebut kedalam bahasa Melayu, bahasa yang dimengerti oleh diri sendiri serta anak murid dan anak cucu keturunannya yang berbahasa Melayu.

Mengapa Sunan Kalijaga perlu menyusun mantra sendiri, kan sudah ada tuntutan doa dari Junjungan Nabi Muhammad ? Kan sudah jelas, bahawa doa itu akan lebih mudah di hayati dan di yakini bila bahasanya dimengerti. Dan, dalam doa yang dipraktikkan secara bersungguh-sungguh, terkandung kerja.”Berdoa artinya bekerja, bekerja artinya berdoa”, kata ungkapan Barat.

PERLINDUNGAN DIRI

Sunan kalijaga adalah seorang pragmatis. Dalam erti, pengetahuan yang dimiliki lebih terkait dengan urusan-urusan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ya kidung “rumeksa ing wengi” ini. Setiap hari manusia tidur, khususnya dimalam hari. Namun, malam tetap merupakan sumber berbagai macam kejahatan. Kerana malam merupakan tempat berlindung yang baik bagi perbuatan jahat, keselamatan diwaktu malam sangat penting, agar besoknya bisa melanjutkan kehidupan dibumi ini. Sunan menawarkan doa keselamatan di malam hari. Keselamatan merupakan bahagian pokok dari misi agama. Dan agama apa sahaja kurang memiliki makna bagi pemeluknya, jika tak ada keselamatan yang bisa ditawarkan kepada pemeluknya.

Dalam Al Quran sahaja ada surah yang dibaca sebagai mantra untuk perlindungan dari kejahatan di waktu malam. Surah lain yang dibaca untuk perlindungan diri ketika tidur adalah “ayat kursi”. Yaitu ayat 255 pada surah al baqarah. Tetapi Sunan tidak mengajarkan ayat tersebut untuk penjagaan diwaktu malam. Digalinya perbendaharaan spiritual jawa dan dipadukan dengan ajaran Islam. Lalu dihasilkannya tembang Rumeksa ing Wengi sebanyak 5 bait.

Kidung ini juga dimaksudkan untuk membebaskan diri dari serangan berbagai penyakit. Baik yang bersifat fisik maupun kejiwaan. Kerana itu, di dalam baitnya dinyatakan dengan tegas bahawa kidung ini menyelamatkan diri dari penyakit, semua petaka, jin dan setan, dan perbuatan orang yang salah. Guna-guna pun tak mau mendekat. Bahkan pencuri pun takkan mengarah pada orang yang mengamalkan mantra kidung rumeksa ing wengi. Bagaimana boleh terjadi? Ya boleh, mantra itu kalau dibaca dengan keyakinan dan penghayatan yang tinggi akan membangkitkan suatu daya.

Dengan kata-kata yang sederhana dan dimengerti serta diresapi oleh pembacanya, maka terciptalah energi metafisik dalam diri pembacanya. Perlu diketahui, bunyi atau irama lagu adalah bentuk-bentuk energi. Kerana itu, jangan heran bila tutur kata atau lagu yang di nyanyikan dengan merdu bisa mempesonakan pendengarnya. Energi yang timbul itulah yang selanjutnya membawa kita ke relung terdalam dalam kehidupan kita. Bangkitlah ingsun sejati kita. Tersambunglah daya itu dengan Guru Sejati yang selalu berhubungan dengan Sang Penguasa. Lalu, melalui pikiran kekuatan itu diarahkan kepada yang dituju. Yaitu, untuk pencegahan penyakit, penyembuhan, tolak bala dan petaka, menolak sihir dan guna-guna.

Mengapa mantra bisa mempunyai kekuatan? Sebenarnya, kekuatan metafisik itu melekat pada mantra atau kidung; kerana ayat, mantra atau kidung suci itu wujud dari kekuatan Ilahi. Tidak ada ayat sakti, meski pun dalam al Quran. Memperlakukan dengan hati yang bersih, keyakinan yang bersandar pada Allah semata-mata.

Sesungguhnya setiap orang ini telah dibekali “daya” dan “kekuatan” oleh Tuhan. Cuma, tidak setiap orang mampu membangkitkan daya dan kekuatannya. Sama seperti tangan dan kaki yang kita miliki. Ternyata tidak setiap diri kita ini mampu berbuat terampil dengan tangan dan kakinya. Doa mantra juga begitu. Meski kalimat doa yang dibaca sama, tetapi hasilnya bisa berbeza.

Setiap orang dianugerahi akal oleh Yang Maha Kuasa.Namun , nyatanya tidak setiap orang mampu menggunakan akal fikirannya. Tetapi kekuatan kidung, bukan lahir dari olah fikir. Daya dan kekuatan kidung merupakan hasil dari olah rasa!Didalam olah rasa itulah seseorang mampu menemui diri sejatinya. Ingsun sejati. Perlu diketahui bahawa “aku sejati” atau “ingsun sejati” atau “diri sejati” itu sama sekali berbeza dengan “ego”. Ego adalah “aku” yang dibungkus nafsu. Ego amat terikat oleh pengalaman indrawi. Kerana itu, sasaran ego adalah kepentingan diri sendiri. Pemuasan diri sendiri. Orang lain……., itu soal nanti.

INGSUN SEJATI

Ingsun Sejati ada di dalam rasa. Wa fi sirri ana. Di dalam “sirr” ada Aku. Kalimat ini saya petik dari sebuah hadis qudsi. Ya, didalam rasa itulah Aku. Jika ego memecah belah kemanusiaan, Ingsun Sejati menyatukannya.Jika ego memecah belah “Ingsun Sejati” menjadi serpihan-serpihan “aku”, Ingsun Sejati memegang kendali semua jenis keegoan.

Ego merupakan wujud Iblis yang ada di dalam diri manusia. Jika ego dilatih, akan dihasilkan pula kekuatan, tetapi itu kekuatan jahat. Kekuatan syaitan. Sifatnya hanya menjauhkan manusia dari kebenaran.Bila kita telah menemukan Diri Sejati kita , kita akan diiringkan menuju Guru Sejati, atau Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Dia sebagai tali penghubung antara “ingsun” dan Tuhan. Keyakinan yang kuat dari “Ingsun” yang mampu membangkitkan daya dan kekuatan yang ada di dalam diri. Sarana untuk membangkitkannya adalah mantra atau kidung suci. Kita sedar bahawa “tiada daya dan kekuatan kecuali pada Allah”. Daya dan kekuatan yang ada pada-Nya itulah yang kita berdayakan dengan membaca kidung.

Orang yang beriman menyedari bahawa daya dan kekuatan itu wujud dari Ud uni astajib lakum, “Mintalah kepada-Ku nescaya Aku kabulkan permohonanmu.”Jadi, yang mengabulkan itu adalah Allah. Mantra hanyalah sarana. Cuma alat! Daya yang timbul dari keyakinan dalam membaca mantra itu yang menyatukan antara “aku sejati” dengan “Guru Sejati” ke Samudera Kekuasaan, yaitu Allah sendiri.

Jadi, apa beza di antara ayat-ayat ruqyah seperti ayat-ayat syifa dan ruqyah pembakar jin dan jampi serta mantra? Kedua-duanya tidak mempunyai daya dan kekuatan dan hanya membawa kepada kesyirikan sekiranya mempercayai bahawa ayat-ayat itu mampu membakar dan membunuh jin serta menyembuhkan sakit. Kalau tiada keyakinan pada setiap ayat ruqyah yang dibaca , masakan setiap ayat khusus kepada setiap penyakit dan ayat tertentu khusus untuk membakar jin? Bukankah ini syirik yang nyata? Sedangkan jampi dan mantra tidak khusus untuk sesuatu penyakit, ia hanya suatu sarana / doa menyeru kepada Yang Maha Berkuasa akan pertolongan-Nya , satu kaedah bertawassul sepertimana yang di ajarkan oleh Rasulullah saw melalui Nama-nama-Nya yang Agung.

Kalau kita sudah langsung mendapatkan daya dari “Sang Sumber”, semua makhluk hidup yang ganas dan liar , akan memandang dengan kasih kepada diri kita. Urung, tak melukai kita. Mereka membatalkan niat mereka untuk mengganggu kita. Yang datang itu belas kasih. Orang mau meracun, tak jadi. Bukan pembaca doa tak dapat di racun , melainkan orang jahatnya yang urung tidak meracun. Daya yang dihasilkan dari membaca doa mantra itu yang mencegah orang yang akan berbuat jahat. Ingat, semua manusia itu berasal dari satu.

Mantra dibaca bukan untuk menghancurkan musuh atau lawan. Sifat mantra tidak menghancurkan, tetapi menolak! Kerana itu, mantra biasanya di sebut juga “doa tolak bala”. Dengan mantra tak ada bahagian alam yang dihancurkan. Namun, petaka pun ditolak kedatangannya. Yang dituju dalam pembacaan mantra adalah keharmonian di alam. Ada hadis yang di riwayatkan oleh Bukhari : “Orang yang berbelas kasih akan dikasih-sayangi oleh Ar-rahman. Maka, kasih-sayangilah yang ada di bumi, nescaya kalian akan dikasih-sayangi oleh mereka yang dilangit.”

Sekarang, mari kita semak ayat Al Quran yang menyatakan hubungan doa dan perkenan Allah. Pertama, jelas sekali bahawa Allah mengabulkan orang yang berdoa kepada-Nya yang tidak menyombongkan diri dari beribadah kepada-Nya. Ingat, ibadah tidak bererti semata-mata menjalankan ritual agama, tetapi kosong dari makna ibadah itu sendiri. Ibadah adalah penghambaan.

Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku menerima doamu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk melayani-Ku, mereka akan masuk Neraka Jahannam dengan hina.” (Q.S. 40 : 60).

Kalau kita semak hadis Nabi, melayani Allah bererti melayani hamba-hamba-Nya. Memberi minum bagi yang kehausan. Memberi makan bagi yang kelaparan. Memberi pakaian bagi yang kedinginan. Mengobatkan bagi yang sakit (yang tidak punya wang untuk berubat). Mengurangi atau membebaskan penderitaan orang lain.

Inilah wujud ibadah yang sebenarnya, sedangkan salat, puasa, zakat dan haji hanyalah cara untuk mewujudkan ibadah yang sebenarnya. Dalam bahasa Arab, semua ritual itu di sebut sebagai riyadhah, atau latihan. Yang di tuju, ya takwa kepada Tuhan.

Kedua, Allah mengabulkan doa orang-orang yang memenuhi permohonan-Nya yang tetap berada dalam keadaan beriman. Hal ini tercantum pada Q.S. al-Baqarah 2 : 186, tetapi ayat ini tidak berdiri sendiri. Ayat ini terkait dengan beberapa ayat sebelumnya tentang puasa, sedangkan ayat 186 itu sendiri dalam bahasanya seperti berikut :

“Jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan orang-orang yang sungguh-sungguh berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka memenuhi-Ku dan dalam keadaan beriman kepada-Ku agar mereka berada dijalan yang benar.”

Jelas sekali bahawa yang disebutkan sebagai orang-orang yang berdoa dalam ayat ini adalah hamba-hamba yang berdoa. Hamba atau abdi adalah orang yang statusnya sebagai pelayan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah pelayan-pelayan Tuhan. Orang-orang yang memenuhi seruan Tuhan. Memenuhi seruan-Nya dalam keadaan beriman. Dengan kata lain, mengerjakan kebajikanan, dengan tulus.

Sunan Kalijaga menganjurkan orang-orang yang berdoa untuk melakukan mutih. Ya, puasa mutih. Yaitu, mengurangi makan, dan yang dimakan hanya nasi putih atau ubi-ubian yang tawar rasanya. Dan, minumnya pun cukup air tawar. Tak ada asin dan manis dalam makan dan minum.Berapa lamanya? Dalam setahun cukup 40 hari sahaja. Puasa mutih selama 40 hari sudah cukup untuk menurunkan emosi dan dorongan hawa nafsu lainnya.
Menurut Sunan, doa Rumeksa ing Wengi jika dibaca didalam air, dan airnya dipakai mandi dapat digunakan sebagai sarana untuk segera mendapatkan jodoh. Jika dibaca 11 kali ditengah malam, akan membebaskan yang bersangkutan dari himpitan hutang. Jika didahului dengan puasa sehari semalam, sambil dibaca tengah malam dengan mengelilingi permatang sawah/ladang maka tanamannya tak akan terserang hama dan penyakit. Juga bisa dibacakan pada nasi bekal perajurit yang bertempur agar memperoleh kemenangan dalam perang.

DOA RUMEKSA ING WENGI : terjemahannya

Ada kidung rumeksa ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setan pun tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. Guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuri pun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.

Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena, bagaikan kapuk jatuh di besi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak;

Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua selamat.Sebab badannya selamat, dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul, dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku Nabi Sis. Ucapanku ialah Nabi Musa.

Napasku Nabi Isa yang amat mulia. Nabi Ya’kub pendengaranku. Nanti Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku . Nabi Idris pada rambutku. Ali sebagai kulitku. Abu Bakar darahku dan Umar dagingku. Sedangkan Usman sebagai tulangku.

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti Aminah sebagai kekuatan badanku. Nanti Nabi Ayub ada didalam ususku. Nabi Nuh didalam jantungku. Nabi Yunus didalam ototku. Mataku ialah Nabi Muhammad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka, lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.

Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment